Review John Wick: Chapter 4 – Aksi Brutal dan Elegan Sang Pembunuh Legendaris Kembali

 John Wick: Chapter 4 – Aksi Brutal dan Elegan Sang Pembunuh Legendaris Kembali


Sinopsis John Wick: Chapter 4

John Wick kembali dalam petualangan brutal penuh aksi yang menegangkan. Setelah lolos dari kematian di Parabellum, Wick harus menghadapi The High Table dengan taruhan nyawa yang lebih besar. Di film keempat ini, perjuangannya menjangkau berbagai kota dunia seperti New York, Osaka, Berlin, dan Paris.

Film ini menyajikan pertarungan tak kenal ampun, dengan koreografi laga yang luar biasa dan sinematografi yang memukau. Dengan durasi hampir 3 jam, John Wick: Chapter 4 menjadi salah satu film aksi terbaik yang pernah dibuat.

Poster resmi John Wick: Chapter 4 menampilkan Keanu Reeves berlatar Menara Eiffel, siap menembakkan pistol.
poster-resmi-john-wick4-eiffel.webp




Tonton Trailer Resmi



Pemeran dan Karakter Utama

Keanu Reeves sebagai John Wick

Aktor ikonik ini kembali dengan peran paling terkenalnya. Wick tetap menjadi karakter anti-hero penuh dendam yang memukau lewat aksi tangan kosong, senjata api, dan kejar-kejaran intens.

Donnie Yen sebagai Caine

Seorang pembunuh buta yang mematikan, dengan gaya bertarung cepat dan presisi tinggi. Ia adalah teman lama John yang kini menjadi lawan karena terikat kontrak dengan The High Table.

Hiroyuki Sanada sebagai Shimazu Koji

Pemimpin Hotel Continental Osaka dan teman lama John. Karakternya menambahkan elemen samurai ke dalam cerita yang penuh nuansa Jepang.


Elemen Produksi

Sinematografi & Lokasi

Visual megah, dengan nuansa neon dan bayangan. Kota seperti Osaka dan Berlin ditampilkan bukan sekadar lokasi, tetapi sebagai karakter sinematik—dengan set desain yang selaras dengan beat actionnya .

Adegan Berlin: klub malam + air terjun beton dengan mapping lampu—sensasi visual ‘video-game’ yang mendebarkan .


Koreografi & Stunt

Aksi “Gun Fu” mencapai tingkat seni tinggi, dengan gunplay kelincahan Zidane Wick ala balet brutal .

Donnie Yen sebagai Caine unjuk kemampuan seni bela diri beringas, elegan seperti “velociraptor meets Fred Astaire” .

Banyak adegan dilakukan penuh satu take, termasuk duel Paris dan stair fight—penghormatan ke sinema klasik .


Pemeran & Karakter

Keanu Reeves tetap memukau: meski minim dialog (sekitar 380 kata), tubuhnya berbicara, seperti kata wartawan: “painted more than spoken” .

Donnie Yen mencuri perhatian, dan siap menjadi pusat spin‑off dialog “Ballerina” .

Bill Skarsgård tampil apik sebagai Marquis—anchor karakter antagonis dengan gaya flamboyan .

Ikon lama seperti Fishburne, McShane, Sanada, Reddick tampil solid sebagai lembaga moral & magis Wickverse .



Strong Points – Kenapa Film Ini Berhasil

1. Barisan Aksi Spektakuler – Non-stop brutal, tapi dihitung seperti matematika punch‑bullet‑stab yang presisi .

2. Set-&-Lokasi Variatif – Setiap lokasi punya mood unik, meningkatkan tension dan estetika.

3. Legacy Visual Practical – Minim CGI, uji keberanian stuntmen: Reeves bahkan beri kado kaos & Rolex kepada tim yang meninggal puluhan kali saat take .

4. Viral Impact & Box Office – Opening weekend USD 73,8 juta, total global USD 447,3 juta—tertinggi untuk Wickverse .


Kekurangan & Kritik

Durasi 169 Menit Bisa Melelahkan
Sejumlah kritikus bilang film sensasional tapi panjang berlarut, membuat beberapa sekuen berasa klimaks tiada henti .

Dialog & Karakter Pendukung Tipis
Seperti dinyatakan New Yorker, banyak korban hanya “fodder” tanpa latar kehidupan .
Terkesan serial, bukan potongan kehidupan.

Glorifikasi Kekerasan Ekstrem
Oliver Stone mengkritik film sebagai ‘disgusting beyond belief’; adegan kematian tanpa henti disebut hiperbolik, cartoonesque .
Versi Jerman menyentil: “atas adegan kekerasan memaksa kita bertanya: relevan gak sih di tengah realitas pembantaian masal?” .


Fakta Menarik Tentang Film

Durasi terpanjang dalam seri John Wick: 2 jam 49 menit.

Menggunakan lokasi nyata seperti Arc de Triomphe, Menara Eiffel, hingga Kuil Jepang.

Donnie Yen improvisasi karakter agar terasa lebih manusiawi dan tidak stereotip.

Lebih dari 14 koreografi pertarungan besar dalam satu film.


Ulasan & Rating

Film ini mendapat rating 8.2/10 di IMDb dan memiliki skor Certified Fresh 94% di Rotten Tomatoes. Para kritikus memuji sinematografi, koreografi laga, serta penampilan Keanu Reeves yang tetap prima.

Tim produksi John Wick 4 sedang syuting adegan Paris bersama Keanu Reeves dan sutradara Chad Stahelski.
syuting-john-wick4-bts-paris.webp


Untuk Siapa Film Ini?

Penggemar aksi spektakuler nonstop – Khususnya penggemar film praktikal, fight choreography, dan koreografi senjata.
Pecinta sinema genre balet kekerasan – Mereka yang mengagumi estetika brutal.
❗ Hindari jika sensitif dengan darah/carts bloody fantasy atau mudah lelah oleh durasi panjang.


Nilai & Rekomendasi

Aspek Nilai

Sinematografi & Set Design ⭐⭐⭐⭐⭐
Koreografi & Stunt ⭐⭐⭐⭐⭐
Akting (Reeves & Yen) ⭐⭐⭐⭐½
Plot & Dialog ⭐⭐⭐
Durasi & Editing ⭐⭐½


Rating akhir: 4.5/5

Film ini adalah epos aksi paling ambisius dalam waralaba Wick—sensasi visual dan emosional. Kekurangannya masih bisa ditoleransi karena puncak sensasional di Paris dan akhir emosional memberikan reward yang besar.


Pesan Moral & Filosofi Film

Meski permukaan adalah aksi darah + gaya, John Wick menyimpan nilai filosofi tinggi:

Kodrat Kehormatan & Komitmen – Wick hidup dan mati di dalam sumpahnya. Ia terikat kode moral profesionalnya, meski dibayar mahal.

Tanggung Jawab & Pengorbanan – Konflik Caine memperlihatkan harga membunuh: Wick bantu Caine melindungi anaknya, menunjukkan empati di tengah kebrutalan.

Kebebasan & Kematian – Klimaks Paris bukan sekedar duel, tapi simbol pembebasan diri Wick—mengorbankan hidupnya untuk berakhir di makam bersama istrinya, jalur ‘metafisik’ yang meninggalkan pesan cinta abadi .

Kasih untuk Tim Stunt – Reeves bukan ‘egomaniac’ pemeran utama; ia tahu kekerasan ini nyata dan menghargai tim di balik layar—pesan kesetaraan & apresias




Keanu Reeves bersama sutradara Chad Stahelski dalam sesi behind the scenes John Wick: Chapter 4 di Paris.
behind-the-scenes-john-wick4-paris.webp


Opini Pribadi

> *“John Wick: Chapter 4 adalah karya sinematik balistik, hampir ideal sebagai eskalasi dari Wickverse—tak peduli seberapa lifelong kamu penggemar aksi brutal.”*


Saya setuju bahwa film ini obedient terhadap ekspektasi, namun bukan tanpa kejutan. Donnie Yen sebagai buta berdaya sangat mengejutkan—adegan memasak + tarungnya di Kyoto menjelma karya indie dalam blockbuster besar. Setiap kota bukan hanya latar, tapi arena perang dengan tone budaya yang berbeda. Namun, ada momen pacing terulang: di aksi Berlin dan rooftop Continental feeling agak panjang dan redundant. Titik pas di ~120–130 menit membuat saya ambil nafas sejenak sebelum klimaks Paris.


Penutup 

John Wick: Chapter 4 bukan sekadar tontonan aksi, tapi perayaan sinematik terhadap dedikasi, estetika brutal, dan pesan moral tentang harga pengorbanan demi kebebasan. Meski panjang dan berdarah, ia meninggalkan kesan mendalam—sebagian mungkin terpesona, sebagian lain bertanya tentang konsekuensi aksi ekstrem. Tema cinta, kehormatan, dan pelipur lara dikemas dalam visual yang mendebarkan, membawa perpaduan gairah dan melankoli di akhir film.



Bagaimana menurutmu? Apakah aksi brutal Wick sudah melewati batas? Atau ini adalah puncak dewasa sinema aksi modern? Share opini kamu di kolom komentar!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trailer Film Horor Indonesia "Desa Mati" (2025) – Teror Mencekam di Desa Terpencil

Trailer Saviour 2 (2025) – Aksi Balas Dendam Sang Malaikat Kematian Kembali Menghantui

Review Deadpool & Wolverine (2024): Kolaborasi Brutal dan Kocak Duo Antihero Marvel