sinopsis Petaka Gunung Gede: Bikin Merinding!
Sinopsis dan Review Film Petaka Gunung Gede (2025) – Kisah Nyata Pendakian Maut yang Menggemparkan
Petaka Gunung Gede adalah film horor Indonesia terbaru yang dirilis pada 6 Februari 2025. Disutradarai oleh Azhar Kinoi Lubis, film ini diangkat dari kisah nyata pendakian tragis Maya Azka dan teman-temannya di Gunung Gede, Jawa Barat. Sejak penayangannya, film ini telah menarik perhatian lebih dari 3 juta penonton dan menjadi salah satu film horor terlaris di Indonesia tahun 2025.
![]() |
maya-ita-teror-petaka-gunung-gede.webp |
Trailer Resmi youtube:
Sinopsis Lengkap Film
1. Awal Pendakian
Maya (diperankan Arla Ailani) dan sahabatnya Ita (Adzana Ashel) memutuskan mendaki Gunung Gede saat libur sekolah. Mereka bergabung bersama teman-temannya termasuk Indra (kakak Maya), Ucup, Ale, Akri, Yadi, Yusuf, dan lainnya. Suasana awal ramah dan penuh semangat jelajah alam .
2. Mitos dan Pantangan
Saat rehat di pos Cibodas, Ita mengaku sedang menstruasi. Di tengah perjalanan, muncul konflik: menurut kepercayaan lokal, naik gunung saat menstruasi adalah tabu. Maya berusaha meyakinkan teman-teman untuk pulang, tapi akhirnya mereka melanjutkan perjalanan demi menghormati Italia dan semangat rombongan .
3. Munculnya Teror
Gelombang kejanggalan muncul: Ita mulai merasa lemas, muntah, dan sempat pingsan. Gangguan gaib intens hadir berupa suara misterius, bayangan hitam, hingga sensasi kerasukan yang nampak memaksa Ita pulang . Konflik batin antara kepercayaan dan logika semakin tajam.
4. Krisis di Gunung
Di titik kritis, Ito mengalami kerasukan yang terlihat makin parah. Dia digambarkan berjuang melawan entitas gaib yang ingin “mengambil alih” raganya saat tengah pingsan dan muntah. Maya dan rombongan terpecah dalam keputusan: lanjut atau kembali? Perselisihan semakin memuncak ketika beberapa anggota menyerukan pulang, tapi sebagian lain ingin tetap melanjutkan perjalanan .
5. Turun dan Teror Berlanjut
Meski akhirnya mereka turun dari gunung, bukan akhir dari teror. Ita tetap mengalami kondisi aneh setelah kembali ke rumah, bahkan saat di rumah sakit. Sosok-sosok gaib terus mengintai, dan Maya mulai mencari jawaban atas pertanyaan: apa yang telah terjadi sebenarnya? Mengapa Ita menjadi korban? .
BACA JUGA:Review film horor sijjin-7
Fakta-fakta Menarik & Informasi
3.1. Berdasarkan Kisah Nyata
Cerita ini diangkat dari pengalaman nyata Maya Azka, yang menuturkan kisah pendakiannya ke Gunung Gede pada tahun 2007 bersama Ita dan yang lainnya. Kisah viral tersebut dibagikan dalam podcast “Part 1 Petaka Gunung Gede 2007 w/ MaiiaTrueStory” oleh Prasodjo Muhammad pada Januari 2022, dan telah ditonton lebih dari 10 juta kali . Star Vision kemudian memproduksi film adaptasi dengan dukungan maya langsung dari Maya Azka.
3.2. Diangkat oleh Sinema Nasional
Film ini dirilis serentak di bioskop Indonesia pada 6 Februari 2025 dan diproduksi oleh Starvision dan Legacy Pictures, digarap oleh sutradara Azhar Kinoi Lubis serta naskah oleh Upi Avianto. Durasi sekitar 98 menit dengan elemen drama, petualangan, dan horor yang berpadu .
Pemeran dan Karakter
Maya Azka – Adzana Bing Slamet
Arla Ailani – Arla Ailani
Sutradara – Azhar Kinoi Lubis
Para aktor dan aktris muda ini berhasil membawakan karakter mereka dengan kuat, menambah ketegangan dan emosi dalam film.
Produksi dan Lokasi Syuting
Proses syuting dilakukan di berbagai lokasi di sekitar Gunung Gede untuk memberikan nuansa autentik. Tim produksi menghadapi tantangan cuaca dan medan yang sulit, namun berhasil menangkap keindahan dan kengerian alam secara bersamaan.
Kejadian Mistis di Balik Layar
Selama proses syuting di Gunung Gede, beberapa kru dan pemeran mendapati peristiwa misterius: tenda terbuka sendiri, suara benda bergerak, resleting terasa digerakkan gaib. Adzana Ashel bahkan sempat “memeluk” Maya dan menangis tanpa sadar: kru menduga Ia “kemasukan” roh Ita asli. Maya Azka juga hadir saat itu, menambah nuansa emosional adegan reading naskah tersebut .
Tema dan Pesan Moral
Pesan Moral dan Tema Utama
Persahabatan dan Kesetiaan
Inti cerita mengangkat nilai sahabat sejati — Maya tak mudah menyerah, terus berusaha menyelamatkan Ita dari teror gaib meski semua mulai panik. Lagu tema “Sahabat Sejati” dari Sheila on 7 mempertegas nuansa tersebut dan menjadi soundtrack emosional film ini .
Menghormati Tradisi dan Kepercayaan
Film mengingatkan pentingnya memahami dan menghormati kepercayaan lokal: pantangan saat menstruasi dalam pendakian bukan semata superstisi, tapi bagian dari kosmologi dan etika lokal. Mengabaikannya membawa konsekuensi serius bagi Ita dan kelompok .
Bataskuasa Manusia** vs** Alam Gaib
Ada kontras antara keberanian manusia vs kekuatan alam mistis yang tak terlihat. Maya sendiri memiliki kemampuan melihat makhluk gaib, tapi temperamen rombongan—keraguan, ketakutan—membuat mereka rentan. Film mengangkat tema bahwa tidak semua hal bisa dijelaskan secara rasional.
Dampak Trauma Psikologis
Ita yang sudah tidak di gunung tetap menderita—ini menunjukkan bahwa trauma dapat menempel, bahkan jika sumber bahaya sudah fisik sudah tiada. Film memberi ruang bagi trauma spiritual dan psikologis akibat pengalaman ekstrem.
Penerimaan dan Prestasi
Sejak dirilis, film ini telah meraih lebih dari 3 juta penonton, menjadikannya salah satu film horor Indonesia terlaris tahun 2025. Kritikus memuji atmosfer mencekam dan cerita yang menggugah emosi, meskipun beberapa mencatat adanya kekurangan dalam pengembangan karakter pendukung.
Dengan menggabungkan kisah nyata yang tragis dan elemen horor yang menegangkan, Petaka Gunung Gede menawarkan pengalaman menonton yang mendalam dan menggugah kesadaran akan pentingnya keselamatan dalam petualangan alam.
BACA JUGA:/para-betina-pengikut-iblis-2.
Opini Pribadi
Menurut saya, Petaka Gunung Gede berhasil menyuguhkan atmosfer horor yang kuat melalui sinematografi pegunungan yang memukau dan paduan jumpscare dengan efek suara menegangkan . Akting Arla Ailani dan Adzana Ashel terasa sangat natural—keakraban mereka sebagai dua sahabat terasa hangat, hingga menimbulkan empati saat situasi supernatural mulai menyeramkan .
Selain itu, film ini tampak berusaha untuk menyelami dilema antara kepercayaan tradisional—pantangan menstruasi saat mendaki—dengan logika modern, lewat sudut pandang Maya yang skeptis . Namun, ada bagian dari ceritanya yang terasa kurang tajam. Beberapa elemen mistis dan misteri karakter hanya sekadar basa-basi—belum digali hingga tuntas—seperti yang dirasakan di film dengan tempo horor serupa . Jumpscarenya juga terasa klise di beberapa titik .
Secara keseluruhan, saya memberi nilai: horor yang memikat dari segi visual dan emosi, tapi kurang eksploratif dalam aspek cerita supernatural yang dapat membedakannya dari film horor Indonesia lainnya.
BACA JUGA:Review game-minecraft-movie
✍️ Penutup Artikel
Petaka Gunung Gede menawarkan pengalaman horor lokal yang kaya akan nuansa alam dan persahabatan, diperkuat oleh akting solid dan sinematografi yang dewasa. Meskipun tidak sepenuhnya sempurna di semua aspek—terutama dalam pengembangan cerita mistis—film ini tetap layak dinikmati bagi kamu yang mencari sensasi tegang dengan bumbu budaya lokal.
Bagaimana menurutmu? Apakah pesan moral tentang tabu saat menstruasi terasa kuat atau malah terasa dipaksakan? Apakah kamu punya teori sendiri di balik teror yang dialami Ita? Yuk, tuliskan pendapatmu di kolom komentar! Jangan lupa follow blog ini agar kamu tidak melewatkan review film horor berikutnya—siapkan camilan, dan bersiaplah disambut teriakan di malam hari 😉
Komentar
Posting Komentar