Review film Joker (2019): Sebuah Potret Kelam Kegilaan dan Kritik Sosial

 Joker (2019): Sebuah Potret Kelam Kegilaan dan Kritik Sosial


Film Joker karya sutradara Todd Phillips yang rilis pada tahun 2019 berhasil mengguncang dunia perfilman. Dengan akting memukau Joaquin Phoenix sebagai Arthur Fleck, film ini tidak hanya menampilkan asal-usul salah satu villain paling ikonik dalam sejarah DC Comics, tetapi juga menghadirkan kritik sosial yang tajam terhadap ketidakadilan, ketimpangan ekonomi, dan rapuhnya kesehatan mental di masyarakat modern.


Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam mengenai alur cerita, karakter, tema, sinematografi, soundtrack, serta pandangan pribadi mengenai film yang kontroversial ini.


Wajah close-up Arthur Fleck sebagai Joker dengan riasan badut berwarna merah dan biru, menampilkan ekspresi misterius dan penuh tekanan.
joker-2019-poster-resmi-arthur-fleck.webp


Trailer Resmi di YouTube

JOKER – Final Trailer – Warner Bros.



Sinopsis Singkat Joker (2019)


Arthur Fleck adalah seorang pria yang tinggal bersama ibunya di Gotham City. Ia bekerja sebagai badut panggilan sambil bermimpi menjadi seorang komedian stand-up. Arthur mengidap gangguan mental yang membuatnya tertawa tak terkendali pada saat-saat tidak tepat.


Hidupnya penuh penderitaan: dihina orang asing, diabaikan oleh sistem kesehatan masyarakat yang kian terbatas, dan dikucilkan. Perlahan, tekanan demi tekanan mendorong Arthur berubah menjadi Joker—sosok anarkis penuh kebencian terhadap tatanan sosial yang telah meremukkannya.




Karakter Utama dalam Film


Arthur Fleck / Joker


Arthur adalah tokoh sentral dalam film ini. Ia adalah potret orang biasa yang terjebak dalam lingkaran kemiskinan dan gangguan jiwa. Transformasinya menjadi Joker adalah proses yang gelap dan lambat, menunjukkan bagaimana trauma dapat mematikan sisi kemanusiaan seseorang.


Penny Fleck


Ibu Arthur yang sakit-sakitan. Hubungan Arthur dan Penny semula tampak penuh kasih, namun rahasia masa lalu Penny membuat Arthur semakin tersesat dalam kebingungan identitas.


Murray Franklin


Seorang presenter talk show populer yang menjadi idola Arthur. Dalam perkembangan cerita, Murray berubah menjadi simbol penghinaan publik yang memicu ledakan kekerasan.


Joker menari di tangga ikonik dengan kostum merah khasnya
joker-tangga-ikonik-2019.webp


BACA JUGA :film-horor-RESPATI-MALAM PENCABUT NYAWA


Tema dan Pesan Sosial Joker


Ketidakpedulian Sosial


Film ini dengan gamblang memperlihatkan bagaimana ketidakpedulian masyarakat terhadap orang yang terpinggirkan bisa menimbulkan konsekuensi mengerikan. Arthur berkali-kali meminta bantuan, tetapi sistem yang seharusnya melindungi justru menutup mata.


Kesehatan Mental yang Diabaikan


Joker tidak hanya kisah kriminal, tetapi juga kritik sosial mengenai kesehatan mental. Arthur adalah simbol bagaimana penderitaan psikologis yang tidak tertangani dapat menghancurkan individu maupun lingkungannya.


Ketimpangan Ekonomi dan Kelas Sosial


Gotham digambarkan sebagai kota dengan jurang ekonomi yang lebar. Orang kaya hidup nyaman di menara gading, sementara rakyat jelata bertahan hidup di lorong-lorong kumuh. Ketidakadilan ini memicu kerusuhan massal yang melatari kebangkitan Joker.




Sinematografi dan Visual yang Mengesankan


Dari segi visual, Joker adalah karya yang memanjakan mata sekaligus membuat tidak nyaman. Sineas Lawrence Sher menggunakan palet warna kusam yang menggambarkan atmosfer suram Gotham.


Setiap adegan dirancang dengan komposisi yang mencerminkan perasaan Arthur. Misalnya:


Tangga yang awalnya sunyi menjadi tempat tarian Joker yang penuh kebebasan gila.


Lorong rumah sakit yang gelap mencerminkan batin Arthur yang kosong.

Soundtrack: Musik yang Menghantui

Hildur Guðnadóttir, komposer asal Islandia, berhasil menciptakan skor yang dingin, gelap, dan menghantui. Musik cello yang berat menciptakan suasana depresi yang mendalam.

Salah satu momen paling ikonik adalah saat Arthur menari di kamar mandi setelah melakukan pembunuhan pertamanya. Musik dalam adegan itu menggambarkan transisi Arthur menuju kepribadian Joker.



Transformasi Joaquin Phoenix: Totalitas dalam Akting

Joaquin Phoenix melakukan transformasi luar biasa:

Menurunkan berat badan drastis hingga lebih dari 20 kilogram.

Menguasai tawa khas Joker yang tak terkendali.

Menampilkan gerakan tubuh yang rapuh dan aneh.


Tidak heran ia memenangkan Oscar sebagai Aktor Terbaik atas peran ini. Penampilannya membuat penonton benar-benar percaya Arthur adalah manusia nyata yang terjebak dalam keputusasaan.




Kontroversi yang Melingkupi Joker

Sejak penayangannya, Joker menuai kontroversi:

Dikhawatirkan akan menginspirasi kekerasan di dunia nyata.

Dituduh memuliakan tindakan kriminal.

Dipuji sekaligus dicerca karena keberanian menampilkan kebrutalan secara jujur.


Namun justru kontroversi itu membuat film ini semakin relevan sebagai cermin masyarakat modern.



Pendapat Pribadi tentang Film Joker

Secara pribadi, saya menganggap Joker adalah film yang luar biasa:

Berani mengeksplorasi tema yang jarang disentuh film arus utama.

Jujur menampilkan kerapuhan manusia tanpa romantisasi.

Mengganggu, namun justru itulah keindahannya.


Tidak semua orang akan nyaman menonton film ini, tetapi Joker berhasil memicu diskusi penting tentang kesehatan mental, kesenjangan sosial, dan makna empati.



Fakta Menarik Seputar Joker

Penayangan Perdana

Film ini pertama kali tayang di Festival Film Venesia dan langsung mendapat standing ovation selama 8 menit.

Pendapatan Fantastis

Dengan budget sekitar 55 juta dolar, Joker meraih lebih dari 1 miliar dolar di seluruh dunia.

Referensi Komik dan Film Klasik

Todd Phillips terinspirasi film-film Martin Scorsese seperti Taxi Driver dan The King of Comedy.



Pengaruh Joker terhadap Budaya Populer

Sejak perilisan, karakter Joker versi Joaquin Phoenix menjadi salah satu ikon budaya populer:

Kostum badutnya sering dipakai cosplay.

Tarian di tangga Bronx viral di media sosial.

Meme tentang tawa Joker digunakan di berbagai platform.


Joker menjadi simbol perlawanan orang kecil terhadap sistem yang dirasa tidak adil.



Apakah Joker Layak Ditonton?

Jawabannya bergantung pada ekspektasi penonton. Jika Anda mengharapkan film aksi ala DC Comics, Joker mungkin mengecewakan karena tidak ada superhero atau pertempuran besar.

Namun bila Anda tertarik pada:

Studi karakter mendalam.

Kritik sosial yang relevan.

Penampilan akting luar biasa.


Maka Joker adalah salah satu film terbaik dekade ini.




Penutup: Refleksi tentang Empati dan Keadilan

Joker bukan hanya film tentang seorang penjahat. Ini adalah refleksi kelam tentang apa yang terjadi saat masyarakat kehilangan empati dan solidaritas. Arthur Fleck hanyalah simbol—produk dari dunia yang mengabaikan orang lemah.

Film ini mengingatkan kita:

> "Semua orang ingin menjadi baik, sampai tidak ada yang memperlakukan mereka baik."



Menonton Joker seperti menatap cermin retak. Kita melihat bagian paling gelap dalam diri manusia—dan mungkin, sebagian kecil dari diri kita sendiri.

Joker menari dengan latar belakang mobil terbakar dalam suasana kacau kota Gotham
joker-menari-mobil-terbakar-2019.webp







Penutup

Joker bukan sekadar origin story seorang villain ikonis, tapi menjadi cermin yang menyakitkan tentang jiwa manusia korban ketidakadilan sosial. Walau banyak yang menganggap film ini “main aman” dalam menggambarkan sisi psikopat Arthur Fleck, bukan berarti kekuatan emosional dari akting Joaquin Phoenix dan skor Hildur Guðnadóttir menjadi berkurang . Film ini membuktikan keberaniannya dengan meraih penghargaan bergengsi seperti Oscar untuk Aktor dan Original Score, serta Piala Singa Emas di Venice  .

Pada akhirnya, Joker tetap menjadi karya sinema yang membangkitkan banyak perdebatan—apakah ini sekadar refleksi pribadi atau kritik sosial yang tajam. Dan meski bukan film sempurna, ia berhasil menggugah, meresap, dan menghadirkan Joker versi baru yang terasa manusiawi. Jadi, daripada mengecam atau memuja, mungkin yang terbaik adalah menikmati perjalanan emosional yang ditawarkan—tentu dengan kesadaran bahwa di balik tawa Joker, tersimpan kesedihan dan kemarahan yang mungkin kita kenal dalam diri kita sendiri.


Terima kasih telah membaca artikel ini. Jika Anda memiliki pendapat atau pengalaman menonton Joker, silakan bagikan di kolom komentar. Mari berdiskusi dengan sehat dan penuh rasa hormat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trailer Film Horor Indonesia "Desa Mati" (2025) – Teror Mencekam di Desa Terpencil

Trailer Saviour 2 (2025) – Aksi Balas Dendam Sang Malaikat Kematian Kembali Menghantui

Review Deadpool & Wolverine (2024): Kolaborasi Brutal dan Kocak Duo Antihero Marvel